Tari Kecodak - Lombok Utara


Asal Usul Tari Kecodak - Lombok Utara
Salah satu tarian rakyat yang masih hidup didaerah Lombok Utara, provinsi Nusatenggara Barat adalah tarian Kecodak atau bisa disebut tarian Oncer, tarian ini tumbuh dan berkembang pada Masyarakat desa Karang Pasangan, kecamatan Tanjung, kabupaten Lombok Utara. Tari Kecondak mengembangkan tentang peperangan yang dilakukan oleh dua orang kesatria yang sama-sama kuat dan perkasa. pertunjukan tari kecondak dibagi menjadi 4 bagian, yaitu : tari Bendera, tari Gendang, tari Copeh dan tari Lawakan.

Tari Kecodak dilakukan hanya untuk kaum  laki-laki saja, baik sebagai penari maupun sebagai pemain waditra. Sedangkan, pertunjukan biasanya diadakan di halaman rumah atau tempat tertentu yang agak luas pada saat ada upacara-upacara tertentu  seperti saat ada perkawinan, penyambutan tamu, panen raya dan perayaan hari raya nasional.

Peralatan dan Busana
Peralatan musik yang digunakan untuk mengiring tari Kecodak diantaranya adalah :
- Sebuah Petuk
- Sebuah Oncer
- Empat buah Teropong
- Tujuh pasang Cengceng
-  Dua buah Gendang besar yang terbuat dari kayu

Pakaian yang di gunakan penari  untuk mengiring tari Kecondak diantaranya adalah :
- Ikat kepala
- Baju Berwarna Hitam
- Celana 3/4
- Leang yang terbuat dari songket
- Garus mungkur

Pertunjukan tari Kecodak
Pertunjukan tari Kecodak diawali dengan tari Bendera atau tari panji-panji yang dibawakan oleh dua penari. Dalam tarian ini gerakan yang dilakukan hanyalah berbaris berbanjar dan melangkah maju-mundur. sambil melakukan gerakan-gerakan tersebut, kedua kaki diangkat, berputar mundur atau jalan ditempat.
Setelah itu kedua penari tersebut akan berjajar sambil menyandang gendang besar diperut untuk menarik tari gendang. Pada tarian ini gerakan-gerakan yang di lakukan diantaranya adalah menari sambil menepuk gendang, membuat formasi sambil berhadapan, berputar dengan satu kaki, meloncat, dan saling mendesak seakan-akan sedang terjadi pergulatan atau saling baku hantam. dalam perkelahian tersebut, secara bergantian mereka seakan-akan ada yang kalah dan ada yang menang. Pihak yang kalah akan berada dalam posisi berjongkok, sedangkan pihak yang kalah akan mengelilinginya sambil memukul gendang. Setelah melakukan gilirannya, mereka akan kembali pada posisi semula dan kemudian berjalan berjajar meninggali arena.

Selanjutnya empat orang penari akan masuk untuk menarikan tari Copeh yang menggambarkan sepak terjang para prajurit pengawal ketika sedang menyaksikan perkelahian yang digambarkan oleh penari sebelumnya. Pada gerakan tari ini penari akan membentuk dua barisan sambil memukul copeh atau ceng-ceng. Setelah itu mereka akan membentuk formasi segi empat, saling berhadapan dan perlahan-lahan membuat gerak melangkah maju. Sambil melakukan gerakan tersebut posisi tangan kiri dilipat sebatas pinggang, tangan kanan agak maju sedikit, kedua kaki merendah dan badan miring ke kiri. Kemudian, mereka akan membentuk formasi sejajar kebelakang membentuk garis lurus dan berjalan meninggalkan arena.

Setelah tari Copeh disusul dengan penampilan para pelawan yang berperan sebagai penuntun kuda, seorang majikan dan seorang janda yang sedang berjalan (seluruhnya di perankan oleh laki-laki). Para pelawak ini tidak sekedar hanya melawak , tetapi juga menampilkan gerakan-gerakan lincah dan jenaka yang akan menggoyang senyum dan tawa penonton. Penampilan para pelawak ini merupakan babak akhir dari serentetan tahapan yang ada dalam setiap pertunjukan tari Kecodak.

Nilai Budaya
Kecodak sebagai tarian khas orang Lombok Utara, jika dicermati tidak hanya mengandung nilai estetika (keindahan), sebagaimana yang tercermin dalam gerakan-gerakan tubuh para pemainnya. Akan tetapi, juga nilai kerukunan yang tercermin dalam fungsi tari tersebut yang diantara sebagai ajang kumpul antar warga dalam suatu kampung atau desa untuk merayakan suatu upacara adat dan saling bersilahturahim sehingga menciptakan suatu kerukunan di dalam kampung atau desa tersebut.